"Duka teuing atuh, uing mah apal kitu sotéh ti Pa Guru," cék Opik teu riuk-riuk. "Éta sugan Pa Guru, nyarita naon deui," cék Agus bangun nu panasaraneun. "Da ukur nyarita sakitu-kituna harita téh. Majar cenah, upacara téh salasahiji cara urang mikanyaah ka lemah cai jeung ngahargaan kana jasa-jasa para pahlawan. Enggeus,teu nerangkeun nanaon deui," témbal Opik. "Enggeus, ulah ngobrol waé. Bisi kanyahoan ku Kapala Sakola!" Lilis ngagebés ti tukang. "Enya,céréwéd pisan kawas awéwé waé," cék Nonéng. Jaja jeung Opik nyéréngéh, da asa kasindiran. Agus gé milu nyéréngéh deuih, pédah rumasa manéhna nu ngamimitian. Sanggeus kitu mah, jep wé barudak téh teu ngalobrol deui. Ayeuna mah saéréra manco ka hareup. Daria naker. Ongkoh saréréa gé, ngadadak jempling. Da harita téh rék geus waktuna naékeun bandéra. "Hiduplah, Indonésia Raya, satu, dua..." cék nining, dirigén rampak sekar. "Kepada, Sangsaka Mérah Putih, hormaaat, grak!" cék Usman, nu kapeto jadi komandan upacara Barudak bareng ngahormat. Bandéra beureum bodas diérét lalaunan. Hawar-hawar kadéngé lagu kabangsaan indonésia Raya dikawihkeun ku barisan rampak sekar: " Indonésia,tanah airku, tanah tumpah darahku. Di sanalah aku berdiri, Jadi pandu ibuku...,"
"Maafkan saya, saya ingat banyak sekali dari Pa Guru," Opik mengecek tanpa ragu. "Itu mungkin Pa Guru, ngomong apa lagi," Agus memeriksa sambil bangun penasaran. "Da hanya berbicara begitu-begitu saja. Kata Majar, upacara adalah salah satu cara yang kami sukai untuk melemahkan air dan menghormati jasa para pahlawan. Sudah, tidak dijelaskan apa-apa lagi," Scott Opik. "Sudah, jangan bicara padaku. Seandainya Kepala Sekolah tidak dikenal!" Lilis mengangguk dari belakang. "Ya, dia sangat mirip wanita," Noneng memeriksa. Jaja dan Opik tertawa, merasa sarkastik. Agus akan berpartisipasi dalam reuni, membantunya merasa bahwa dia telah memulai. Setelah itu, anak-anak jep wee tidak lagi berbicara. Sekarang saya orang asing di masa depan. Daria naker. Tingkat semua orang, tiba-tiba sederhana. Da harita akan punya waktu untuk mengibarkan bendera. Hiduplah, Indonesia Indonesia, satu, dua ... "Untukmu, Sangsaka Merah Putih, hormaaat, grak!" periksa Usman, yang ditunjuk sebagai komandan upacara Anak-anak berbagi rasa hormat. Bendera merah putih dikibarkan perlahan.Hawar-hawar mendengar lagu kebangsaan Indonesia Raya diiringi deretan rampak sekar: "Indonesia, tanah airku, tanah pertumpahan darah saya. Di situlah saya berdiri, Jadi bimbing ibuku ..., "
Semua terjemahan yang dibuat di dalam TerjemahanSunda.com disimpan ke dalam database. Data-data yang telah direkam di dalam database akan diposting di situs web secara terbuka dan anonim. Oleh sebab itu, kami mengingatkan Anda untuk tidak memasukkan informasi dan data pribadi ke dalam system translasi terjemahansunda.com. anda dapat menemukan Konten yang berupa bahasa gaul, kata-kata tidak senonoh, hal-hal berbau seks, dan hal serupa lainnya di dalam system translasi yang disebabkan oleh riwayat translasi dari pengguna lainnya. Dikarenakan hasil terjemahan yang dibuat oleh system translasi terjemahansunda.com bisa jadi tidak sesuai pada beberapa orang dari segala usia dan pandangan Kami menyarankan agar Anda tidak menggunakan situs web kami dalam situasi yang tidak nyaman. Jika pada saat anda melakukan penerjemahan Anda menemukan isi terjemahan Anda termasuk kedalam hak cipta, atau bersifat penghinaan, maupun sesuatu yang bersifat serupa, Anda dapat menghubungi kami di →"Kontak"
Vendor pihak ketiga, termasuk Google, menggunakan cookie untuk menayangkan iklan berdasarkan kunjungan sebelumnya yang dilakukan pengguna ke situs web Anda atau situs web lain. Penggunaan cookie iklan oleh Google memungkinkan Google dan mitranya untuk menayangkan iklan kepada pengguna Anda berdasarkan kunjungan mereka ke situs Anda dan/atau situs lain di Internet. Pengguna dapat menyisih dari iklan hasil personalisasi dengan mengunjungi Setelan Iklan. (Atau, Anda dapat mengarahkan pengguna untuk menyisih dari penggunaan cookie vendor pihak ketiga untuk iklan hasil personalisasi dengan mengunjungi www.aboutads.info.)