Sunda

Babad Kuningan Masih nuju hajatan di dayeuh Cigadung, tokoh-tokoh ti Cantilan ngahadiran. Ngahadiranana teh mawa lisung kaahengan nu teu masuk akal. Kaahengan eta lisung teh bisa leumpang sorangan diringken ku tokoh-tokoh nu beak ngahadiran hajatan eta lisung teh haluma di aradu nepi ka katingburicak ngaluarkeun seuneu. Atuh dupasamoan teh mani ribut ting koceak sarieuneun kahuruan. Tah kitu geuning kabisa karuhun baheula mah, araheng. Sabalikna di Cantilan aya hajatan. Tokoh anu ti Dayeuh diundang wae. Bewara undangan nepika 3 kali teu acan datang keneh bae. Sabab urang Cantilan keuheuleun di undang teu datang bae, urang Cantilan teh ngutus deui salah saurang tokoh, kakara manehanana daratang. Kusabab asa dihina, tokoh masyarakat Cantilan hayang nembongkeun elmu elmu anu dipiboga. Waktos tamu masih di perjalanan keneh, pribumi meuncit munding. Waktos undangan daratang munding teh keur disisit, para tamu dipiwarang caralik heula di balandongan. Nembe oge para tamu caralik dadak sakala eta munding teh hirup deui, terus ngobrak ngabrik tamu anu nuju caralik. Terus ngubrak ngabrik tamu nu aya anu nuju caralik. Geus pasti nimbulkeun kaributan jeung papaseaan. Nu ngakibatkeun kampung eta katelah jadi kampung Cipanas. Saur para karuhun baheula, di dayeuh Cantilan aya sumber cai panas, tapi dugi ka ayeuna dayeuh cigadung teh ngarana bae Cipanas. Cantilan anu karamat nepi ka ayeuna di nagranan “Rama Ketib”lamun aya budak bade disunat sok dipake ngembang. Jeung ya baru nosk dipake tatapa atawa tempat karumpulna tokoh-tokoh masyarakat. Dina taun 1980 Cipanas digentos namina janten “Sukamulya”. Masih merayakan di kota Cigadung, tokoh-tokoh dari Cantilan hadir. Kehadirannya membawa rasa heran yang tidak masuk akal. Keindahan lisung bisa berjalan sendiri dirangkum oleh para tokoh yang berparuh menghadiri perayaan lisung haluma in aradu hingga katingburicak mengeluarkan api. Saya bertemu dengan air mani badai ting koceak sarieuneun api. Sedemikian rupa sehingga nenek moyang saya sebelumnya bisa, maksud saya. Sebaliknya di Cantilan ada perayaan. Angka-angka dari Kota di setiap undangan. Pemberitahuan undangan hingga 3 kali belum juga datang. Karena kecanggungan si Cantilan pada undangan itu tidak kunjung datang, si Cantilan mengirimkan kembali satu sosok, hanya saja dia tiba. Karena merasa terhina, tokoh masyarakat Cantilan ingin menunjukkan ilmu yang mereka miliki. Sementara para tamu masih bepergian, penduduk asli membantai munding. Ketika undangan munding sedang disisipkan, para tamu diajak untuk caralik terlebih dahulu di balandongan. Baru-baru ini, para tamu caralik tiba-tiba hidup kembali, dan kemudian mendobrak para tamu yang sedang berjalan. Terus hantam tamu-tamu yang ada yang caralik. Itu pasti menimbulkan kehebohan dan kebingungan. Hal itu mengakibatkan desa tersebut dikenal sebagai desa Cipanas. Menurut nenek moyang dahulu, di kota Cantilan terdapat sumber air panas, namun sampai sekarang kota Cigadung diberi nama Cipanas. Cantilan dipuja sampai sekarang atas nama “Bapa Ketib” ketika ada anak laki-laki yang akan disunat selalu tumbuh. Dan ya nosk baru digunakan tatapan atau tempat berkumpulnya tokoh masyarakat. Pada tahun 1980 nama aksesi Cipanas menjadi "Sukamulya".

Indonesia

Babad Kuningan Masih merayakan di kota Cigadung, tokoh-tokoh dari Cantilan hadir. Kehadirannya membawa rasa absurditas. Keindahan lisung bisa berjalan sendiri dirangkum oleh para tokoh yang berparuh menghadiri perayaan lisung haluma in aradu hingga katingburicak mengeluarkan api. Saya bertemu dengan air mani badai ting koceak sarieuneun api. Sedemikian rupa sehingga nenek moyang saya sebelumnya bisa, maksud saya. Sebaliknya di Cantilan ada hajatan. Angka berasal dari Kota mana pun yang diundang. Pemberitahuan undangan hingga 3 kali belum datang. Karena kecanggungan si Cantilan pada undangan itu tidak datang pula, si Cantilan mengirim kembali satu sosok, hanya saja dia tiba. Karena merasa terhina, tokoh masyarakat Cantilan ingin menunjukkan ilmu yang dimilikinya. Sementara para tamu masih dalam perjalanan, penduduk asli membantai munding. Ketika undangan munding sedang disisipkan, para tamu diajak untuk caralik terlebih dahulu di balandongan. Baru-baru ini, para tamu tiba-tiba hidup kembali, dan kemudian mendobrak para tamu yang akan pergi ke caralik. Terus hantam tamu-tamu yang ada yang caralik. Itu pasti menyebabkan kegemparan dan kebingungan. Hal itu mengakibatkan desa tersebut dikenal sebagai desa Cipanas. Menurut nenek moyang dahulu, di kota Cantilan terdapat sumber air panas, namun sampai sekarang kota Cigadung diberi nama Cipanas.Cantilan ini dipuja sampai sekarang atas nama "Bapa Ketib" ketika ada anak laki-laki yang akan disunat selalu digunakan untuk tumbuh. Dan ya nosk baru digunakan tatapan atau tempat berkumpulnya tokoh masyarakat. Pada tahun 1980 nama aksesi Cipanas menjadi "Sukamulya". Masih merayakan di kota Cigadung, tokoh-tokoh dari Cantilan hadir. Kehadirannya membawa rasa heran yang tidak masuk akal. Keindahan lisung bisa berjalan sendiri terangkum dari sosok berparuh yang menghadiri perayaan lisung haluma di aradu hingga katingburicak padamkan api. Saya bertemu dengan badai air mani ting koceak sarieuneun api. Sedemikian rupa sehingga nenek moyang saya sebelumnya bisa, maksud saya. Di sisi lain di Cantilan ada perayaan. Nomor dari Kota di setiap undangan. Notifikasi undangan sampai 3 kali belum datang. Karena kecanggungan si Cantilan pada undangan tidak kunjung datang, si Cantilan mengirimkan kembali sosoknya, hanya dia yang datang. Merasa terhina, tokoh masyarakat Cantilan ingin menunjukkan ilmu yang dimilikinya. Sementara para tamu masih bepergian, penduduk asli membantai munding. Saat undangan munding sedang disisipkan, tamu dipersilahkan untuk mencari terlebih dahulu di balandongan. Baru-baru ini, para tamu caralik tiba-tiba hidup kembali, dan kemudian menabrak para tamu yang berjalan. Pukul terus tamu yang sedang caralik. Itu pasti menimbulkan kehebohan dan kebingungan.Hal ini mengakibatkan desa tersebut dikenal sebagai desa Cipanas. Menurut nenek moyang, di kota Cantilan terdapat sumber air panas, namun sampai sekarang kota Cigadung diberi nama Cipanas. Cantilan disembah sampai sekarang atas nama "Bapa Ketib" ketika ada anak laki-laki yang akan disunat selalu tumbuh dewasa. Dan ya, nosk baru itu digunakan sebagai tatapan atau tempat berkumpulnya para tokoh masyarakat. Pada tahun 1980 nama aksesi Cipanas menjadi "Sukamulya".

TerjemahanSunda.com | Bagaimana cara menggunakan terjemahan teks Sunda-Indonesia?

Semua terjemahan yang dibuat di dalam TerjemahanSunda.com disimpan ke dalam database. Data-data yang telah direkam di dalam database akan diposting di situs web secara terbuka dan anonim. Oleh sebab itu, kami mengingatkan Anda untuk tidak memasukkan informasi dan data pribadi ke dalam system translasi terjemahansunda.com. anda dapat menemukan Konten yang berupa bahasa gaul, kata-kata tidak senonoh, hal-hal berbau seks, dan hal serupa lainnya di dalam system translasi yang disebabkan oleh riwayat translasi dari pengguna lainnya. Dikarenakan hasil terjemahan yang dibuat oleh system translasi terjemahansunda.com bisa jadi tidak sesuai pada beberapa orang dari segala usia dan pandangan Kami menyarankan agar Anda tidak menggunakan situs web kami dalam situasi yang tidak nyaman. Jika pada saat anda melakukan penerjemahan Anda menemukan isi terjemahan Anda termasuk kedalam hak cipta, atau bersifat penghinaan, maupun sesuatu yang bersifat serupa, Anda dapat menghubungi kami di →"Kontak"


Kebijakan Privasi

Vendor pihak ketiga, termasuk Google, menggunakan cookie untuk menayangkan iklan berdasarkan kunjungan sebelumnya yang dilakukan pengguna ke situs web Anda atau situs web lain. Penggunaan cookie iklan oleh Google memungkinkan Google dan mitranya untuk menayangkan iklan kepada pengguna Anda berdasarkan kunjungan mereka ke situs Anda dan/atau situs lain di Internet. Pengguna dapat menyisih dari iklan hasil personalisasi dengan mengunjungi Setelan Iklan. (Atau, Anda dapat mengarahkan pengguna untuk menyisih dari penggunaan cookie vendor pihak ketiga untuk iklan hasil personalisasi dengan mengunjungi www.aboutads.info.)